Besok, saudara – saudara kita penganut agama Kong Hu Cu, akan merayakan imlek, imlek bukan hal baru bagi saya, meskipun saya tidak merayakan imlek namun karena lahir dan besar di pulau dengan jumlah warga keturunannya cukup besar, udah bisa dipastikan bahwa perayaan tahun baru cina (imlek) menjadi hal menyenangkan dan menjadi moment yang juga ditunggu – tunggu, selain Lebaran. Kenapa? Karena ko ngian (sebutan imlek) di Bangka ramenya juga sama seperti lebaran.
Jadi kalo di kepulauan kami, ko ngian suasananya mirip dengan lebaran, warga keturunan yang merayakan ko ngian biasanya “open house” pada saat ko ngian, dengan menyediakan beragam makanan layaknya saat umat muslim berlebaran, dan yang datang tidak hanya saudara, teman dan tetangga yang merayakan ko ngian saja, tapi yang tidak merayakanpun sibuk kunjungan sana – sini ke rumah temen – temen yang merayakan ko ngian, memberi ucapan selamat ko ngian kepada mereka. Pokoknya suasana ko ngian sama banget dengan saat kita lebaran, silahturahmi ke saudara, tetangga dan temen.
Dimasa sekolah dulu, bagi kami yang tidak merayakan ko ngian ,dengan datangnya ko ngian bearti datangnya waktu libur sekolah, biasanya sekolah diliburkan,,,meskipun waktu itu perayaan ko ngian belum diakui sebagai hari libur nasional, tapi di kepulauan kami sekolah – sekolah membuat kebijakan sendiri dengan meliburkan siswa/i nya, mengingat jumlah warga keturunan sebanding banyaknya dengan pribuminya.
Dan masih kental diingatan saya, gimana senangnya saya, kalo diajak orang tua saya ko ngian ke rumah teman – teman mereka, karena itu artinya saya bakal ketambahan rejeki, soalnya pulang – pulang pasti di kasih angpao 😀
Kebiasaan saling berkunjung antar saudara, tetangga dan teman di setiap perayaan hari besar agama , entah itu Lebaran, ko ngian (imlek) dan juga natal, udah jadi kegiatan turun temurun bagi masyarakat di kepulauan kami. Jadi kalo dikepulauan kami, lagi ko ngian bukan pemandangan yang aneh melihat warga pribumi juga berpakaian bagus dan rapi, berkunjung kerumah warga keturunan. Dan begitupun sebaliknya ketika lebaran, sudah sangat biasa ketika melihat warga keturunan menggunakan pakaian bagus dan rapi, ikut serta silahturahmi ke tetangga dan teman – teman layaknya kita yang muslim.
Dipulau kecil kami, toleransi memang masih terjaga dengan baik, dan semoga toleransi antar umat beragama di pulau kecil kami tetap terjaga. Karena ketika toleransi terjaga, dengan sendirinya semuanya damai dan indah.
Gong Xi Fa Cai
Selamat ko ngian
Senang ya Gus kalau bisa rukun. Daripada dengar saling hujat. Pusinggg.
LikeLike
Bener bgt mba…
LikeLike
Betul, ketika toleransi terjalin dengan baik, di situ pasti ada kerukunan dan keharmonisan ya…
LikeLiked by 1 person
Iya lho mama Double R, sekarang sepertinya sedang krisis toleransi.
LikeLike
Saya walaupun Kristen tapi masih merayakan imlek karena lebih ke tradisi ya Gus, ngumpul bareng keluarga.. makan-makan.. seneng deh 🙂
LikeLiked by 2 people
setuju banget mba,,saya muslim dan saya juga seneng kalo imlek,,makan – makan, silahturahmi ama temen 🙂
LikeLiked by 1 person
Wah seru juga ya..perbedaan seperti ini justru menguntungkan juga, jadi banyak libur dan bisa nyobain berbagai jenis makanan 😀
LikeLike
Iya mba, jadi liburnya double ..
LikeLike
Jadi Imlek itu sebenarnya tradisi tahun baru yak?
LikeLike
Setau saya sih gitu ya.. 🙂
LikeLike
senang kak kalau kerukunan terjaga kak
LikeLike
imlek ramai ya di bangka, tapi di Jakarta juga terasa banget suasana imlek … apalagi kalau jalan2 ke mal2 … di dekor imlek semuanya :0
LikeLike
Rame mas, sama ramenya dengan lebaran..cuma bedanya ga ada takbiran 😀
LikeLike